cocoonfamilysupport.org – Suasana duka menyelimuti Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri pada Senin (20/10) pagi. Aini, seorang perempuan berusia 35 tahun, mengekspresikan kesedihan mendalam saat jenazah suaminya, Imam, yang merupakan korba ledakan kapal, akan diautopsi. Aini menolak proses tersebut, merasa suaminya sudah cukup menderita.
Imam meninggal dunia pada pukul 04.00 WIB setelah dirawat beberapa hari di Rumah Sakit. Keluarga telah menandatangani surat penolakan autopsi, namun tetap merasa dihadapkan pada tekanan untuk melanjutkan proses tersebut. Aini menyatakan dengan suara bergetar bahwa, “Kami sudah jelaskan baik-baik. Kalau autopsi bisa menghidupkan lagi, silakan autopsi. Tapi ini kan dia tetap mati.”
Imam, yang lahir pada tahun 1990 dan bekerja sebagai welder di Batam sejak 2017, dikenal sebagai sosok penyayang dan tenang. Ia dan Aini telah menikah sejak 2012 dan dikaruniai tiga anak. Aini menambahkan bahwa beberapa hari sebelum insiden, hubungan mereka semakin dekat, seolah-olah memberikan momen terakhir yang berharga.
Pihak keluarga menganggap penyebab kematian Imam sudah jelas, akibat trauma berat akibat ledakan kapal. Aini menekankan bahwa mereka ingin jenazah suaminya tidak diperlakukan lebih buruk, dan berharap agar bisa segera dipulangkan ke Palembang untuk dimakamkan dengan layak.
Hingga saat ini, pihak rumah sakit dan kepolisian masih berkoordinasi dengan keluarga mengenai penolakan autopsi. Selain Imam, juga ada satu jenazah lain, yaitu Edison, yang lebih dahulu meninggal. Keluarga berharap agar proses ini segera selesai agar dapat berduka dengan tenang.